Melewati jalan dr.angka, dikiri jalan
konstruksi hotel yang belum selesai. Dipinggir trotoar pohon-pohon yang rindang
begitu asri. Dikanan jalan rumah sakit Elizabeth yang megah,disebelahnya toko
aksesoris mobil. Ya,yang kulihat adalah gedung-gedung pencakar langit. Dimana
potret sawah yang hijau itu? Bagiku yang penduduk asli,Seakan melewati kota
yang asing. Seperti dijogja pikirku. Sejak kapan seperti ini tak terasa begitu
cepat perubahan itu. Kemudian menelusuri jalan suharso,disambut oleh hotel
aston yang begitu angkuh memamerkan kemegahan nya. Di sepanjang jalan menu-menu
makanan yang menggoda selera dari a sampai z ada. Dimana rumah-rumah warga yang
tenang dan damai. Kenapa kini seakan menjadi wisata buat kuliner.
Ada perasaan suka namun miris merasa ada
sesuatu yang hilang...
Mau dijadikan apa kota ini? Siapakah yang
berambisi menghidupkan kota yang sepi ini. Mungkin tak lama lagi kota ini akan
panas akan gedung-gedung. Alun-alun yang dulu begitu asri tradisional
tanpa ada niat dari pihak untuk membuatnya lebih modern seperti sekarang ini.
Sejak terpilihnya bupati alumni sma 2 itu telah merubah keasrian alun-alun.
Kemajuan yang pesat lagi adalah rita bakery,dengan gubahan nya sekarang hendak
menuju rita supermal. Kurangkah hiburan dikota ini,sehingga mereka menciptakan
sarana yang begitu kompleks? Teringat saat berangkat ke kampus melewati jalan
suharso banyak lubang-lubang kecil yang kasat mata namun bisa membesar( kaya
iklan pasta gigi aja). Setau saya,telah diperbaiki jalan itu berapa kali, belum
ada satu tahun muncul lubang lagi. Apakah salah bahan aspal atau salah dari
pihak terkait? Kenapa pemerintah tidak lebih mementingkan urusan sarana dan
fasilitas yang begitu vital nya. Liat jalan-jalan provinsi yang dilalui
bus,berlubang bagaimana jadinya?. Dilain sisi,pembangunan hiburan-hiburan
semakin meningkat berbanding terbalik dengan itu. Hotel-hotel semakin menjamur. Tempat hiburan
tersedia selalu. Mahasiswa disediakan media untuk hiburan. Di lain sisi,budaya
itu semakin menggusur nilai kealamian dan kearifan lokal. Semakin tergerus oleh
kemodernan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar